Beranda | Artikel
Khotbah Jumat: Ujian Membawa Berkah
Kamis, 13 Oktober 2022

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

اللهم صلى على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati oleh Allah..

Harga sebutir buah kelapa dengan harga sebotol minyak kelapa tentu tidak sama. Jauh lebih mahal berlipat-lipat harga sebotol minyak kelapa. Mengapa harganya bisa berbeda jauh, padahal keduanya berasal dari bahan yang sama? Mengapa buah kelapa yang asalnya murah, bisa berubah menjadi mahal, manakala telah menjadi minyak kelapa?

Jawabannya: adalah karena supaya berubah menjadi minyak, buah kelapa harus melewati proses panjang yang tidak ringan. Menghadapi ujian-ujian yang berat. Ujian yang berat, akan membuat sesuatu menjadi lebih bernilai dan berharga mahal.

Proses panjang itu diawali dengan dijatuhkannya buah kelapa yang telah berumur tua dari puncak pohonnya yang amat tinggi. Begitu membentur tanah, bukannya dielus-elus, justru sabutnya dijambak dan disobek-sobek hingga gundul habis. Saat sudah gundul, kelapa tadi dibenturkan ke batu agar pecah. Lalu buahnya dicungkili dari batok kelapa.

Ujian masih berlanjut. Potongan-potongan buah kelapa tadi diparut di parutan besi yang tajam, hingga rontok berguguran dan berubah menjadi serbuk. Setelah serbuk kelapa menumpuk, ia diperas supaya keluar santannya. Kemudian santan kental itu dipanaskan di atas tungku api hingga mendidih. Baru saat itulah keluar minyak kelapa, dengan harga yang berlipat-lipat lebih mahal dibanding kelapa tua yang belum diapa-apakan.

Jama’ah Jum’at yang kami hormati…

Begitulah ujian hidup, akan membuat seseorang dan umat menjadi lebih bernilai dan berharga mahal.

Allah ta’ala mengingatkan,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Artinya: “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kalian. Mereka ditimpa kesengsaraan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan). Hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau bertanya, “Kapankah datang pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”. QS. Al-Baqarah (2): 214.

Kedudukan mulia di surga Allah bukanlah sesuatu yang dibagikan secara cuma-cuma. Namun membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, serta harus melewati ujian dan cobaan.

Sidang Jum’at rahimakumullah…

Ketahuilah bahwa peristiwa apapun yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan kehendak dan takdir Allah. Entah itu peristiwa yang indah dan menggembirakan ataupun yang menyedihkan. Peristiwa yang mengenakkan maupun yang menyakitkan.

Allah ta’ala menjelaskan,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: “Setiap bencana yang terjadi di bumi dan yang menimpa diri kalian, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”. QS. Al-Hadid (57): 22.

Allah timpakan berbagai ujian itu, tentu bukan tanpa ada maksud dan tujuan. Pasti banyak hikmah di balik itu semua. Hanya saja ada yang yang memahaminya dan ada pula yang tidak memahaminya.

Ujian yang silih berganti menimpa agama Islam dan kaum muslimin, itu semua tentu dengan kehendak dan takdir Allah. Penistaan terhadap al-Qur’an, pelecehan terhadap para ulama dan tekanan terhadap umat Islam, ini semua telah tercatat di dalam Lauhul Mahfuzh, lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah menulis takdir para makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi”. HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia…

Menurut hemat kami, sikap yang tepat dalam menghadapi berbagai cobaan itu adalah dengan introspeksi diri, merapatkan barisan ummat dan tidak terpancing untuk melanggar garis merah aturan agama.

Pertama: Introspeksi Diri

Salah satu hikmah ujian dan cobaan adalah agar seorang hamba tersadar lalu melakukan introspeksi diri. Mengoreksi perilaku diri yang mungkin selama ini masih jauh dari tuntunan agama. Atau terlalu lama terlena dalam gemerlap kehidupan dunia.

Tidur panjang umat Islam perlu untuk segera diakhiri. Mereka harus segera bangkit dan menyadari kelalaian yang telah begitu lama membuai mereka.

Sejak empat belas abad lalu, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam telah mengingatkan,

يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟” قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ…”.

“Akan datang suatu masa di mana musuh-musuh (bersatu-padu dan) berlomba-lomba untuk memerangi kalian. Sebagaimana berebutnya orang-orang yang sedang menyantap makanan di atas nampan”. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit?”. Beliau menjawab, “Justru saat itu kalian banyak, namun kalian bagaikan buih di lautan”… HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albani.

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam memberikan solusi untuk mengakhiri keterpurukan tersebut,

“…سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ.

“… Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian, hingga kalian kembali kepada ajaran agama kalian”. HR. Abu Dawud dan dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, asy-Syaukani dan al-Albani.

Jadi solusinya adalah kembali terhadap aturan agama dalam setiap aspek kehidupan. Akidah, ibadah, akhlak, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Kedua: Rapatkan Barisan Umat

Tentu banyak di antara kita yang masih ingat, salah satu nasehat kehidupan yang kerap diajarkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah dulu. Yang juga merupakan warisan turun menurun nenek moyang kita dari zaman ke zaman. Yaitu: perumpamaan tentang sapu lidi. Sebuah perumpamaan yang sederhana namun penuh dengan makna.

Sebatang lidi tidak akan ada artinya bagi tumpukan sampah yang menggunung. Sebatang lidi tidak akan membersihkan sampah di sekeliling kita. Bahkan bukan tidak mungkin sebatang lidi tadi akan patah-patah, bila dipaksa menjadi alat pembersih.

Namun tidak demikian, bila batangan-batangan lidi itu dikumpulkan menjadi satu, lalu diikat di pangkalnya. Tenaga yang kecil dari sebatang lidi akan berubah menjadi kekuatan yang besar. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, itulah inti petuahnya.

Kehidupan manusia dapat berjalan baik, sebagaimana sebuah sapu lidi, jika manusia mempererat ikatannya. Disadari ataupun tidak, manusia membentuk kumpulan berdasarkan ikatan tertentu. Umat Islam merupakan kumpulan dari para muslim dan muslimah yang terikat oleh kesamaan akidah.

Persatuan antar umat Islam dan ukhuwah islamiyyah merupakan salah satu prinsip yang amat mendasar dalam agama kita. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam memotivasi kita untuk merealisasikannya dalam sabda beliau,

“كُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا! الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ”.

“Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzaliminya, menterlantarkannya dan menghinanya. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Persatuan akan menghasilkan begitu banyak manfaat. Persatuan akan membuahkan kekuatan besar. Persatuan akan menumbuhkan ketenangan batin. Persatuan akan memunculkan solidaritas. Persatuan akan membangun empati dan kepedulian sosial.

Karenanya, begitu banyak ibadah dalam agama kita yang disyariatkan untuk dilaksanakan secara berjamaah. Dari ibadah yang bersifat harian, seperti shalat lima waktu, mingguan semisal shalat jum’at, hingga yang bersifat tahunan seperti idhul fitri, idhul adha serta pelaksanaan ibadah haji.

Mengapa semua itu dilakukan secara berjama’ah? Antara lain adalah dalam rangka merealisasikan persatuan, meretas kebersamaan dan menumbuhkan kasih sayang di antara kaum muslimin.

أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، أما بعد؛

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Ketiga: Jangan Terpancing Melanggar Aturan Agama

Semangat juang yang tinggi sangat diperlukan dalam segala situasi, terlebih dalam kondisi seperti ini. Namun, kita harus benar-benar mengingat, bahwa semangat yang membara harus siap untuk dipandu dan dikendalikan aturan agama.

Fenomena munculnya penguasa yang tidak ramah terhadap umat Islam, sudah dikabarkan jauh-jauh hari oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,

يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ. قَالَ قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟”. قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ.

Nanti sepeninggalku akan ada para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula menjalankan tuntunanku. Akan ada di antara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, walaupun jasadnya adalah jasad manusia”.

Aku (Hudzaifah) berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menjumpai zaman itu?”

Beliau bersabda, ”Dengarlah dan taati pemimpinmu, walaupun engkau disiksa dan hartamu dirampas. Tetaplah dengar dan taati mereka.” HR. Muslim.

Sabar bukan bermakna sikap apatis dan diam duduk berpangku tangan. Namun sabar berarti tetap patuh selain dalam maksiat. Sabar berarti selalu menyampaikan nasehat dengan cara yang syar’i. Sabar berarti tidak terprovokasi untuk berkudeta atau melakukan revolusi berdarah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ، فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ، وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, serta yang kalian doakan dan mereka juga mendoakan kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, serta yang kalian laknat dan mereka juga melaknat kalian.

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita angkat senjata untuk memerangi mereka?”.

Rasul menjawab, “Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat sesuatu yang kalian benci dari pemimpin kalian, maka bencilah perbuatannya, dan jangan lepas tangan dari ketaatan kepadanya”. HR. Muslim.

Banyak orang mengira bahwa larangan untuk kudeta itu, semata-mata hanya untuk kepentingan penguasa saja. Tentunya ini adalah anggapan yang keliru.

Sebenarnya yang pertama kali akan merasakan manfaat dari larangan berontak adalah rakyat sendiri. Betapa banyak kekacauan dan huru-hara yang ditimbulkan akibat kudeta. Belum lagi jatuhnya ribuan korban jiwa yang tidak berdosa.

Tentunya masih segar dalam ingatan kita, situasi chaos yang pernah dialami tanah air kita, saat awal reformasi, beberapa belas tahun silam. Saat itu rakyat hidup dalam ketakutan yang mencekam, situasi ekonomi, sosial dan politik yang tidak menentu. Serta masih banyak kerugian lain yang kita alami saat itu.

Jadi sebenarnya Islam melarang kudeta serampangan adalah demi kebaikan rakyat, pemerintah dan negeri secara keseluruhan. Bukan untuk kepentingan segelintir pihak tertentu saja.

Barangkali bisa dikatakan bahwa tujuan larangan ini antara lain, dalam rangka menjaga negeri tercinta ini, agar tetap gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo (makmur, serba banyak, subur, tertata, tentram, bahagia dan sejahtera).

أَلاَ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَحِمَكُمُ الله- عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْر، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْر، كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْر؛ فَقَالَ فِي مُحْكَمِ التَّنْـِزْيل “إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما”

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

اللهم أصلح ولاة أمورنا وارزقهم البطانة الصالحة الناصحة التي تدلهم عل الخير وتعينهم عليه يا رب العالمين

اللهم نج إخواننا المؤمنين المستضعفين في بورما، وسوريا، وفلسطين، وفي كل مكان

اللهم اشدد وطأتك على كفار بورما الظالمين، وعلى جيوش بشار المجرمين ومن حالفهم من الروس والصين وإيران واليهود الظالمين، يا عزيز يا جبار

اللهم اجعلها عليهم سنين كسني يوسف

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين


Artikel asli: https://tunasilmu.com/khotbah-jumat-ujian-membawa-berkah/